Skip to main content

Pria Harus Seperti Pria dan Bisa Menjadi Wanita



Pria... pria.. pria... Kenapa ya all about men selalu menarik di mata, di hati dan di pikiran saya? Tapi kalau bicara tentang pria idaman wanita, wah wah! saya tidak tahu. Yang saya tahu bagi saya pria harus seperti pria. Setidaknya dalam 4 hal ini:


  • Terlihat seperti pria;
  • berpenampilan seperti pria;
  • berbicara seperti pria;
  • dan kuat seperti pria. 
Konservatif sekali ya saya ini? Oke tapi saya tidak sedang membahas apakah saya ini konservatif atau tidak. Saya hanya akan membahas mengenai 4 hal tersebut di atas. Saya mulai  mulai saja ya... :)) :))


  1. TERLIHAT SEPERTI PRIA. Maksudnya, segera setelah saya melihatnya pertama kali, saya yakin dia  benar-benar seorang pria. Artinya, rambut tidak gondrong berlebihan sehingga kalau saya melihatnya dari belakang, saya tidak ragu-ragu mau memanggil 'mba' atau 'mas'. Cara jalan tidak perlu pakai acara geyal-geyol pantat dan membuat saya mengira-ngira apakah dia sedang terkena ambeien? Wajah tidak harus ganteng, yang penting jangan sampai bibir berwarna merah bergincu atau berkilap-kilap hasil sapuan lip gloss yang berlebihan.
  2. BERPENAMPILAN SEPERTI PRIA. Sah-sah saja bagi tiap orang untuk bergaya. Baju-baju bagus dan aksesoris menarik bukan hanya dunia wanita. Pria pun berhak menikmati yang sama. Tapi... tetap saja ada bedanya antara aksesoris pria dan wanita. Rasanya aneh sekali melihat pria bolak-balik di depan toko perhiasan emas atau berlian sambil memperhatikan begitu banyak pernmata dan mencoba-coba di tubuhnya sampai silau melihatnya. Gerah juga melihat pria yang terlalu rewel di salon meminta capster salon yang sudah membersihkan kuku pria itu, untuk membersihkannya sekali lagi sampai benar-benar liciiiin kncloooong cloooonnnng. Malas juga melihat pria yang sepanjang perjalanan menuju sebuah pesta, sibuk menanyakan kepada pasangannya apakah dasi hitam yang dipakainya itu sudah cocok dengan kemeja yang sebelum dikenakannya sudah dicoba sampai lebih dari lima kali bersama kemeja-kemeja lain yang malang nasibnya teronggok kusut di atas kasur kamarnya dan tidak terpilih untuk dipakai ke pesta oleh pria itu.
  3. BERBICARA SEPERTI PRIA. Tuhan menciptakan wanita dan pria dengan berbagai warna suaranya sendiri-sendiri. Ada pria yang bersuara berat dan ada pula yang lebih nyaring. Begitu pula dengan wanita. Namun, senyaring-nyaringnya suara mereka, pria tidak diciptakan untuk berbicara dengan nada yang meliuk-liuk gemulai seperti suara wanita - kecuali jika itu tuntutan dalam sebuah permainan drama atau hal-hal yang sifatnya hanya berpura-pura. Namun dalam kehidupan sehari-hari, rasanya dalam hal ini semua wanita setuju dengan saya bahwa pria sudah seksi dengan suara yang lebih berat tanpa perlu bicara dengan bercentil-centil ria seperti wanita.
  4. KUAT SEPERTI PRIA. Menurut kisahnya, Hawa berasal dari tulang rusuk Adam. Hal ini mengandung pengertian bahwa kaum pria sudah sejak awal memang benar-benar diciptakan Utuh oleh Tuhan. Sementara wanita hanya dari sebuah tulang rusuk. Jadi sudah seharusnya pria menjadi lebih kuat daripada wanita. Bukan berarti bahwa pria tidak boleh menangis atau mengeluh. Tapi seorang pria idealnya harus cepat menguasai keadaan, bisa mengambil keputusan, tau arah ke mana harus melangkah lagi dan tidak terpuruk dan menjadi layu sampai akhirnya 'mati' setelah mengalami suatu masalah.


Selain harus seperti pria, lelaki idaman saya juga harus bisa menjadi wanita. Wanita itu beberapa cirinya yang paling menonjol antara lain:


  • Peka;
  • sangat mengedepankan perasaan;
  • bisa melakukan satu hal sembari mengerjakan hal lainnya dengan hasil yang sama baik;
  • lembut tapi tidak lemah.


Oke para pria, inilah penjelasan detailnya.


  1. PEKA. Wanita itu biasanya bisa tahu apa yang terjadi atau dirasakan orang terdekatnya tanpa orang tersebut harus mengatakannya. Hmmm... beberapa pria memang bisa seperti ini. Tapi jarang ya sepertinya?
  2. SANGAT MENGEDEPANKAN PERASAAN. Karena wanita itu peka, mereka lebih banyak bermain perasaan. Saya sih suka dengan pria yang katanya lebih menggunakan logika. Tapi kadang-kadang logika pria itu membuat para pria tidak berpikir jika mereka melakukan ini atau itu, kira-kira bagaimana perasaan pasangannya. Sedangkan wanita biasanya sebelum bertindak pasti memikirkan perasaan pasangannya.
  3. BISA MELAKUKAN SATU HAL SEMBARI MENGERJAKAN HAL LAINNYA DENGAN SAMA BAIKNYA. Wanita, biasanya paling jago ngomelin pasangannya sambil tetap memasak atau menyetrika. Wanita juga jago bergosip di telepon sambil tetap mengemudikan mobil. Kalua pria kebanayakan ketika sedang menyetir pasti tidak bisa berkonsentrasi untuk membicarakan hal-hal serius juga. Padahal kalau pria bisa melakukan dua hal sekaligus, ini juga bagus untuk melatih konsentrasi dan berguna di pekerjaan. Hehehehe.
  4. LEMBUT TAPI TIDAK LEMAH. Coba perhatikan bagaimana cara wanita merayu calon klien. Tetap tersenyum dan dengan tutur kata yang lemah lembut tapi berhasil menjerat. Rasakan juga ketika Anda - para pria sedang dirayu pasangan Anda. Pelan-pelan tapi pasti bikin para pria luluh juga kaaan? Naahhh... wanita juga suka diperlakukan dengan lembut, tapi jangan lantas jadi menye-menye alias banci.
Hmmm.. repot ya kalau pria harus seperti pria dan juga bisa menjadi wanita. Hehehe! 

Comments

Popular posts from this blog

Bapak Peri

Guys.. seperti apa Bapakmu? Tampan dan bisa dengan bangganya kamu pamerkan ke teman-teman sekolah kamu setiapkali ada acara pengambilan raport plus kaya raya dan bisa mengabulkan keinginanmu terbang menjelajah dunia dengan jet pribadi setiap liburan tiba, sekaligus menguasai ilmu beladiri seperti 7 manusia harimau dan membuat teman-teman hidung belangmu lari tunggang langgang? Atau malah pendiam dan sekali marah, raja rimba pun kalah? “Ah! Siapa bilang Bapakku galak? Masih galakkan Ibuku. Bapak itu kalau Ibu marah, biasanya lebih suka menghindar dengan duduk di teras sambil merokok.” “Bapakku sih mirip komentator bola. Segala apa aja di rumah pasti dikomentarin sama dia. Semua serba salah deh.” “Bapak baiiik banget. Aku minta apa aja pasti diturutin. Nggak pernah ngelarang dan nggak pernah bilang enggak. Enaklah pokoknya kalo Bapak. Nggak kayak  Ibu!” “Hmm.. Bapak yah? Bapak yang sekarang jadi suami Ibu? Atau Bapak yang udah cerai sama Ibu dan udah nik

Sebelum Jam Sepuluh

  “Jadi kapan?” Ia lekat menatapku. Garis bibirnya tak menyunggingkan senyuman maupun kekecewaan. Tapi ada tanda tanya yang terbaca. Ada kegamangan yang terasa. Ada harapan yang mungkin akan sia-sia. “Kapan apa?” Aku berusaha menebak-nebak maksud pertanyaannya dalam hati. Wajahku mungkin setenang air kolam dan sedingin salju yang aku sendiri belum pernah sekalipun melihat bentuknya. Tapi jangan tanya bagaimana dengan hatiku. Rasanya seperti diterjang gulungan ombak besar dan ditiup puting beliung. “Kapan kita bertemu lagi?” Mata yang bagaikan kelereng itu Nampak semakin besar saja. Tapi tak ada cahaya di sana. Redup. “Apa harus ada janji untuk bertemu lagi?” Salju di wajahku sepertinya makin dingin, sementara gulungan ombak di hati mulai mengoyakkan pertahananku. “Memangnya ini pertemuan terakhir?” Kini matanya seperti bola ping pong. Lebih besar daripada sekedar kelereng namun tak memantulkan cahaya. “Jangan suka mendahului takdir. Siapa tahu nanti kita bertemu lagi.” Kuta