Skip to main content

Posts

PEMENANG YANG TAK BAHAGIA

di bawah sinar mentari yang sama setiap harinya kau menangis namun tak ada yang melihat mungkin karena tanpa air mata kau terluka namun tak ada yang  tahu mungkin karena tiada darah yang menetes ataukah sekitar terlau silau hingga semua orang tak mengerti yang terjadi kau ceritakan semua yang kau alami namun aku sungguh tak bisa merasakannya kaupun bertanya kepadaku tahukah kau rasanya sudah ingin kalah  namun semesta berikan kekuatan hingga tak ada pilihan selain jadi pemenang di bawah bintang yang tak pernah benar-benar terang kau menangis tapi tak ada yang melihat mungkin karena tak ada air mata kau terluka namun tak ada yang tahu mungkin karena tiada darah yang menetes ataukah malam terlalu kelam hingga semua orang tak mengerti yang terjadi
Recent posts

BELENGGU

Buat saya, berbohong yang paling sulit adalah berbohong pada diri sendiri. Mengerasi diri sendiri, memarahi diri sendiri, melarang diri sendiri , s emua itu juga sama beratnya. Saya sungguh tidak ingin hati ini terluka apalagi hancur berkeping-keping. Tapi saya juga tahu kalau bunga di dalam dada yang kelopaknya masih kuncup dan mahkotanya belum menampakkan keindahannya, tidak akan pernah mekar. Lebih baik saya injak-injak saja dia sekarang. Biar layu, biar rusak, biar mati! Toh percuma juga kalau dibiarkan hidup lebih lama, bunga hati ini tidak akan bisa menjadi indah, tidak akan ada taman bunga, tidak akan! Nanti juga kalau bukan saya, badai yang akan memusnahkannya. Sungguh saya tidak ingin terus-menerus menjadi penjahat dalam drama kehidupan saya sendiri. Tapi waktu tidak pernah memberikan kesempatan pada saya yang tak bernyali ini, hingga akhirnya saya harus membunuh lagi membunuh dan membunuh bunga cikal bakal cinta di hati. Laki-laki yang pernah memuja paras sa

RINDU YANG PEMALU

dia rindu yang pemalu baru dalam hatiku bukan peragu walau seringkali tersipu-sipu hingga ku tak mampu lama-lama memandangmu, kelu.. biar senyum saja yang memberi isyarat itu dia rindu yang tak pernah berkata-kata namun doaku menyelinap di antaranya hanya dalam malam-malam kelam aku berani meminta memohon Yang Maha Kuasa merestui alam semesta, menyatukan kita dalam bahtera

Bapak Peri

Guys.. seperti apa Bapakmu? Tampan dan bisa dengan bangganya kamu pamerkan ke teman-teman sekolah kamu setiapkali ada acara pengambilan raport plus kaya raya dan bisa mengabulkan keinginanmu terbang menjelajah dunia dengan jet pribadi setiap liburan tiba, sekaligus menguasai ilmu beladiri seperti 7 manusia harimau dan membuat teman-teman hidung belangmu lari tunggang langgang? Atau malah pendiam dan sekali marah, raja rimba pun kalah? “Ah! Siapa bilang Bapakku galak? Masih galakkan Ibuku. Bapak itu kalau Ibu marah, biasanya lebih suka menghindar dengan duduk di teras sambil merokok.” “Bapakku sih mirip komentator bola. Segala apa aja di rumah pasti dikomentarin sama dia. Semua serba salah deh.” “Bapak baiiik banget. Aku minta apa aja pasti diturutin. Nggak pernah ngelarang dan nggak pernah bilang enggak. Enaklah pokoknya kalo Bapak. Nggak kayak  Ibu!” “Hmm.. Bapak yah? Bapak yang sekarang jadi suami Ibu? Atau Bapak yang udah cerai sama Ibu dan udah nik

Setengah Memenuhi

Picture is taken from here Aku menggoyang-goyangkan kaki, mengerut-ngerutkan kening, memainkan alis naik turun dan mengerucut-ngerucutkan bibirku, sambil membisu. Di sebelahku dia menyenggol-nyenggolkan bahunya ke bahuku hingga bahukupun bergerak-gerak ke kanan dan ke kiri karenanya. Namanya Rudi. Dia tampan sekali, mungkin karena keturunan Italy. " So? " Rudi menengok padaku memasang wajah ramah dengan senyum jenaka sekaligus mempesona. Aku membelalakkan mata, mengerucutkan bibir lagi dan membisu lagi tetapi bahuku yang naik turun seolah bertanya, "Apa?" " So ..kenapa kamu berhenti menulis? Sebagai pembaca setia novelmu, aku kecewa." "Karena Danny sudah meninggal, Rudi. Jadi tidak ada lagi yang bisa kutulis di sana. Novel-novel itu ada karena Danny dan sekarang dia lenyap dari bumi ini. Kamu tau bagaimana rasanya berduka kehilangan Danny? Kekasih, inspirasi dan setengah jiwaku?" Danny adalah malaikat. Ia menyamar menjadi manusi

Meja Lain

  picture is taken from here Terdampar di sebuah kedai kopi pada hari Jum'at malam adalah cerita biasa bagi kaum pekerja urban sepertiku. Dan malam ini seperti seminggu lalu, sebulan lalu dan entah sudah berapa kali Jum'at malam aku rutin berada di kedai kopi ini di jam-jam pulang kantor. Aku tidak sendiri, maksudku di kedai ini aku tidak sendiri. Ada banyak pegawai kantoran lain yang memiliki kebiasaan sama denganku, berkumpul di kedai ini. Sekedar menyesap secangkir kopi ditemani camilan gosip-gosip terhangat tentang rekan sejawat. Semakin malam suasana kedai kopi yang ruangannya tidak terlalu luas ini semakin hangat. Mayoritas pengunjung tempat ini berusia 25tahun ke atas. Banyak yang datang sendiri, ada yang berdua dan terkadang ada pula yang bergerombol. Pemilik kedai kopi ini adalah seorang pria tampan berusia 45tahun. Aku memanggilnya Mas Bowo. Perawakannya tinggi dan bentuk tubuh Mas Bowo seperti pria-pria yang rajin nge-gym pada umumnya. Sesuai dengan namany