Skip to main content

HEY KAMU!

Tolong jangan kamu buat khayalan yang ada dalam otakmu yang rusak itu - seolah adalah kenyataan!
Hiduplah sendiri dalam duniamu yang tidak nyata itu, jangan bawa-bawa saya!! Jangan berani-beraninya menafsirkan semua tulisan saya ini adalah untuk kamu (kecuali tulisan ini)!!
Jangan mengira saya menyukai tulisan-tulisan kamu tentang saya atau tentang perasaan kamu, bagi saya tulisan kamu itu biasa-biasa saja!!
Jangan menganggap semua tulisan saya tentang cinta yang indah itu adalah ungkapan perasaan saya padamu! Kamu keliru!
Benar memang ini semua tentang ungkapan perasaan cinta saya, tapi pada DIA.. yang tanpa saya sadari telah mencuri hati saya sejak tahun lalu!
Jangan memaksa saya memanggilmu IDIOT dengan masih saja mengingkari kenyataan dan merasa yang saya sukai adalah KAMU!

Comments

Popular posts from this blog

Sebelum Jam Sepuluh

  “Jadi kapan?” Ia lekat menatapku. Garis bibirnya tak menyunggingkan senyuman maupun kekecewaan. Tapi ada tanda tanya yang terbaca. Ada kegamangan yang terasa. Ada harapan yang mungkin akan sia-sia. “Kapan apa?” Aku berusaha menebak-nebak maksud pertanyaannya dalam hati. Wajahku mungkin setenang air kolam dan sedingin salju yang aku sendiri belum pernah sekalipun melihat bentuknya. Tapi jangan tanya bagaimana dengan hatiku. Rasanya seperti diterjang gulungan ombak besar dan ditiup puting beliung. “Kapan kita bertemu lagi?” Mata yang bagaikan kelereng itu Nampak semakin besar saja. Tapi tak ada cahaya di sana. Redup. “Apa harus ada janji untuk bertemu lagi?” Salju di wajahku sepertinya makin dingin, sementara gulungan ombak di hati mulai mengoyakkan pertahananku. “Memangnya ini pertemuan terakhir?” Kini matanya seperti bola ping pong. Lebih besar daripada sekedar kelereng namun tak memantulkan cahaya. “Jangan suka mendahului takdir. Siapa tahu nanti kita bertemu lagi.” Kuta