Skip to main content

TANGGAL TUA (Nya Nyu Nya Nyu)

Saya ingin belanja.
Tapi ini tanggal tua. 
Jadi...
Mmhhhh... pikir-pikir ayo berpikir
Ahaaaaa!!! Merogoh-rogoh tabungan, mengocok-kocok mesin ATM, mencari-cari di selipan laci lemari siapa tau adaaaaa....
UANG!
Daaaannnn... AHAAAAAA!!!! ADA!!!!
Tapi jumlahnya menyedihkan, cuma bakal bikin lebih sakit hati karena tidak bisa membeli semua yang sudah ditargetkan....

Baiklaaaaahhhh... kalau begitu...
Berkhayal saja ini tanggal muda..
Here are some things to do setelah terima saweran:
  1. Hitung dengan teliti, apakah jumlah yang diterima sudah benar dengan tulisan yang tertera pada slip (tips lama: kalau kurang langsung complain, kalau lebih diam saja, hahaha);
  2. Sisihkan buat yang harus-harus, yang wajib-wajib dan yang kudu-kudu;
  3. And smileeeeeee.....:) sisanyaaaaa buat beli baju (dana cadangan? eeeemmmmhhhh supaya tidak merasa berdosa besar, sisihkan sedikiiiiiitttt saja. Rejeki tak ke manaaa... banyak-banyak do'a saja, hihihi)
Naaaahhhh! Uang sudah di tangan. Dan sekarang saya akan membuat skenario belanja baju di tanggal muda. Skenario yang saya pilih adalah yang paling sering terjadi.
First, ajak Mamah belanja. Percakapannya:
Saya      : "Mah.. jalan-jalan yuuuuukkkk..."
Mamah  : "Mama mau arisan pensiunan, Cu.. habis itu arisan RT, trus kondangan, 
                trus syukuran haji temen, trus.. yaaaahhh pokoknya 
                acara Mamah se-gambreng deh"
Saya      : (manyun sambil berpikir Si Mamah kok tau ya kalo saya sengaja
               ngajakin doi supaya hemat pengeluaran beberapa persen)

Okay. Mamah gagal. SMS teman I (for your information, dia kerja di kantor yang load nya lumayan penuh). Kira-kira SMS saya bunyinya:
Say, jalan yuuuukkkk liat-liat ke Mall apa ke pasar juga ngga apa-apa deeeeehhhh..
SMS dikirim. Tak lamaaa... "tululuuuuttttt". Muncullah balasan.
Maaf ya Ce... aku sibuk banget nih harus nemenin si Boss ke Antah Berantah...ngga lama siiiihhhh paling 5 tahun lagi juga udah pulang. Maaf ya, Ce...

Hmmmm... sudah kuduga. Kalau begitu... SMS Teman II
(For your information, mereka belum terlalu lama menikah). Kalau sama yang ini harus mesra. Jadi, begini SMS nya....
Cintaaaaaaa.... kangeeeeennnn!!!
SMS dikirim. Tak lamaaa... "tululuuuuttttt". Dibalas!
Haaaaayyyyy... iya Yoooolllll Yoooooollll... I miss you, too. Aku lagi perjalanan di kereta niiiiyyyy mau menemui suami tercinta.
Pupuslah harapan. Tapi tetap saya balas lagi
Okeeeeee... salam kangen muuaaaccchhhh muaaaaccchhh ya buat suamimu (Lho?!)

Coba Lagi.. Teman III. SMS nya:
Bosaaaaannn! Belanja yuk!
Dibalas:
Yuk! Makan serabi aja.
Saya balas:
Belanja baju,nge-Mall gitu loooohhh... ntar pulangnya baru beli serabi.
Dibalas:
Apa? Ih! Aku paling anti sama yang namanya Mall. Kamu ngga tau apa kalo aku itu ANTI KEMAPANAN?

Baiklah... baiklah.. jangan menyerah! SMS Teman IV, V, VI, dst...
Dan inilah variasi jawabannya
"Yuk... yuk... boleh tapi lagi boke' niiiiiyyyy jadi enaknya kita ngobrol di rumah aja ya...?" 
(orang mau belanja malah diajak curhat?)
Atau yang ini
"Ngapain sih belanja lagi, Yol? Bukannya kemaren baru bongkar-bongkar lemari karena kepenuhan baju?"  
(haduuuuhhh malah nanya-nanya kaya detektif)
Dan yang ini,
"Kamu itu yaaaaa... tiap gajian pasti belanja, mending uangnya disimpen, buat beli rumah atau buat modal kawin!"
(Bo! Masa punya rumah ngga pake baju?)

Intinya... Gagal is gagal. 
*Putar otak.. kocok-kocok otak.. gesar-geser otak*
BLIIIIINNNGGG!!! Ketemu! Kalau yang ini pasti mau diajak belanja. Siapa lagi kalau bukaaaaaaannn PACAAAAARRRR!!!
Pacar itu pasti mau deh melakukan segalagalanya demi perempuan yang dicintainya. Bahkan kalau saya minta traktir pasti dia juga mau. (Ups! Tapi ditraktir pacar? Engga ah! Saya kan independent woman... kecuali kepepet... hehehehe)
Baiklah.. kalau begitu sekarang pencet nomor handphone pacar, halo halo rayu rayu daaaannn... berangkat deh shopping.
UPS! Saya lupa! Saya lupa nomor telepon pacar sendiri (maaf yaaaaa... kalo nomor handphone Anda bukan 0812345678910, pasti saya sulit mengingatnya).
Oke kalau begitu saya cari saja di phonebook yang tulisannya "pacar".. Dimulai dari huruf P... P... Pa... Pac... Paca... Lho? Tidak ada yang tulisannya "Pacar"! Bagaimana bisa? Hmmm.. kalem... santai.. mungkin saya menyimpannya dengan nama lain seperti, "Sayang, Cinta, Honey, Lovely, Bunny, Beib, Beibi, Kekasih..". Cari.. cari.. cari... Hah? Oh My God!
SAYA BENAR-BENAR LUPA kalau saya tidak punya pacar alias jomblowati (by the way, jelek banget sih sebutan "jomblowati")        ))':

Hhhhh... ya sudah kalau tidak ada yang bisa diajak, saya belanja saja sendiri.
Paling-paling nanti ketemu tukang parkir mall yang entah untuk kesekian kalinya menyapa dan menegur saya,
"Mbaaa... tuuuuhhh kaaaaannnn kalo ke sini sendirian aja... Hebat deeeeeehhh berani ya..."
Dan saya cuma bisa senyum garing.


Oh iya, ngomong-ngomong tentang belanja baju sendirian saja, saya pikir sebetulnya menyenangkan lhooooo.... Malah kadang-kadang mengajak temahn belanja bersama itu merepotkan. Eh, betul lhoooo... Lihat saja video ini kalau tidak percaya



Ups! Lupa! *Lagi-lagi*
Itu tadi kan baru khayalan tentang tanggal muda, padahal sekarang masih tanggal tua.
Jadi... jadi gimana doooooonnnnggg???? (-______-)"






Comments

Popular posts from this blog

Bapak Peri

Guys.. seperti apa Bapakmu? Tampan dan bisa dengan bangganya kamu pamerkan ke teman-teman sekolah kamu setiapkali ada acara pengambilan raport plus kaya raya dan bisa mengabulkan keinginanmu terbang menjelajah dunia dengan jet pribadi setiap liburan tiba, sekaligus menguasai ilmu beladiri seperti 7 manusia harimau dan membuat teman-teman hidung belangmu lari tunggang langgang? Atau malah pendiam dan sekali marah, raja rimba pun kalah? “Ah! Siapa bilang Bapakku galak? Masih galakkan Ibuku. Bapak itu kalau Ibu marah, biasanya lebih suka menghindar dengan duduk di teras sambil merokok.” “Bapakku sih mirip komentator bola. Segala apa aja di rumah pasti dikomentarin sama dia. Semua serba salah deh.” “Bapak baiiik banget. Aku minta apa aja pasti diturutin. Nggak pernah ngelarang dan nggak pernah bilang enggak. Enaklah pokoknya kalo Bapak. Nggak kayak  Ibu!” “Hmm.. Bapak yah? Bapak yang sekarang jadi suami Ibu? Atau Bapak yang udah cerai sama Ibu dan udah nik

Sebelum Jam Sepuluh

  “Jadi kapan?” Ia lekat menatapku. Garis bibirnya tak menyunggingkan senyuman maupun kekecewaan. Tapi ada tanda tanya yang terbaca. Ada kegamangan yang terasa. Ada harapan yang mungkin akan sia-sia. “Kapan apa?” Aku berusaha menebak-nebak maksud pertanyaannya dalam hati. Wajahku mungkin setenang air kolam dan sedingin salju yang aku sendiri belum pernah sekalipun melihat bentuknya. Tapi jangan tanya bagaimana dengan hatiku. Rasanya seperti diterjang gulungan ombak besar dan ditiup puting beliung. “Kapan kita bertemu lagi?” Mata yang bagaikan kelereng itu Nampak semakin besar saja. Tapi tak ada cahaya di sana. Redup. “Apa harus ada janji untuk bertemu lagi?” Salju di wajahku sepertinya makin dingin, sementara gulungan ombak di hati mulai mengoyakkan pertahananku. “Memangnya ini pertemuan terakhir?” Kini matanya seperti bola ping pong. Lebih besar daripada sekedar kelereng namun tak memantulkan cahaya. “Jangan suka mendahului takdir. Siapa tahu nanti kita bertemu lagi.” Kuta