Skip to main content

BEDA

Satu asa yang harus pergi
Ungkap semua rahasia diriku
Teringat jelas di benakku
Indah kisah yang tlah lalu

Cinta mohon padamu satu
Jangan ucap kata itu
Berat tuk rengkuh yang kumau
Kita beda wahai sayangku
 
Biarkan cinta yang dulu kan tetap indah
Dan biar waktukan sembuhkan luka itu
Jangan teruskan kasihku
Walau kita satu
Mungkin kita tercipta untuk tak satu

Oh biar cintaku
Ku dengan jalanku
Lihat ceria sisi dunia yang terbentang untuk kita
Anggap sajalah aku persinggahan untukmu
Temani hari-hari yang kini tlah menyemu


Comments

Popular posts from this blog

Sebelum Jam Sepuluh

  “Jadi kapan?” Ia lekat menatapku. Garis bibirnya tak menyunggingkan senyuman maupun kekecewaan. Tapi ada tanda tanya yang terbaca. Ada kegamangan yang terasa. Ada harapan yang mungkin akan sia-sia. “Kapan apa?” Aku berusaha menebak-nebak maksud pertanyaannya dalam hati. Wajahku mungkin setenang air kolam dan sedingin salju yang aku sendiri belum pernah sekalipun melihat bentuknya. Tapi jangan tanya bagaimana dengan hatiku. Rasanya seperti diterjang gulungan ombak besar dan ditiup puting beliung. “Kapan kita bertemu lagi?” Mata yang bagaikan kelereng itu Nampak semakin besar saja. Tapi tak ada cahaya di sana. Redup. “Apa harus ada janji untuk bertemu lagi?” Salju di wajahku sepertinya makin dingin, sementara gulungan ombak di hati mulai mengoyakkan pertahananku. “Memangnya ini pertemuan terakhir?” Kini matanya seperti bola ping pong. Lebih besar daripada sekedar kelereng namun tak memantulkan cahaya. “Jangan suka mendahului takdir. Siapa tahu nanti kita bertemu lagi.” Kuta